Tulisan berikut ini saya tulis atas permintaanTitin yang akan mengunjungi Bangkok di bulan Oktober. Semoga tulisan ini membantu, ya!
Bangkok pada khususnya dan Thailand pada umumnya telah menjadi salah satu tujuan pariwisata luar negeri utama wisatawan Indonesia, terutama semenjak maskapai penerbangan AirAsia membuka jalur langsung dari beberapa kota Indonesia menuju Bangkok. Dalam tulisan berikut ini, saya menjabarkan beberapa gagasan kegiatan yang bisa Anda lakukan di Bangkok.
Telusuri Chao Phraya
Kami pernah menjabarkan cara menelusuri sungai yang menjadi nadi utama kota Bangkok lama ini di tulisan ini. Nikmati semarak aktivitas penghuni Bangkok di Chao Phraya saat siang hari. Perhatikanlah keanekaragaman bangunan lama bersejarah maupun bangunan baru bergaya modern, juga bermacam-macam tempat peribadahan berbagai agama yang berdiri mengapit Chao Phraya. Tampak wat, masjid, dan gereja tegak berselang-seling. Susuri pula sungai ini di malam hari, ketika lampu-lampu sengaja menyoroti bangunan-bangunan utama sehingga terlihat dramatis.
Kunjungi Grand Palace dan Vinmanmek Mansion
Rasanya kalau ke Bangkok tapi belum ke Grand Palace, agak kurang afdol, ya. Di kompleks istana berukuran 218.000 meter persegi ini terdapat sejumlah bangunan penting, baik yang masih berfungsi sebagai kantor pemerintah, museum, tempat peribadahan, maupun tempat tinggal kerabat raja. (Raja sudah tidak lagi tinggal di Grand Palace.) Tidak hanya bergaya khas Thailand atau Indocina, ada pula bangunan-bangunan bergaya Barat, ataupun yang campuran.
Yang perlu diingat, berpakaianlah yang sopan bila hendak memasuki Grand Palace. Bila pakaian Anda (baik laki-laki ataupun perempuan) terlalu terbuka, misalnya mengenakan celana pendek, maka Anda akan diminta mengenakan pakaian tertutup yang disediakan pihak istana. Selain itu, bila Anda datang tepat di hari ulang tahun raja (5 Desember), maka di pagi hari Anda tak boleh memasuki kompleks istana tersebut, yang dijadikan tempat pusat perayaan. Siang harinya, Anda boleh masuk dengan gratis, tetapi hanya ke bagian tempat wat-wat berada, ini pun menumpangi keistimewaan yang diberikan kepada warga Thailand untuk mengunjungi The Royal Monastery of the Emerald Buddha secara gratis agar bisa berdoa untuk sang raja.
Di area Royal Monastery, tak hanya menyambangi sang Buddha Jamrud yang tersohor, kita juga bisa melihat, antara lain, Phra Siratana Chedi, Phra Mondop, dan model Angkor Wat. (Sekadar info: nama kota di Kamboja tempat Angkor Wat berada saat ini, Siem Reap, berarti ‘Siam Ditaklukkan’. Dan keberadaan model Angkor Wat ini di kompleks Grand Palace kiranya juga menjadi jejak hubungan antara Thailand dan Kamboja yang kerap sulit, bahkan hingga kini.)
The Royal Monastery menampilkan keunikan agama Buddha yang dianut oleh sebagian besar penduduk Thailand. Perhatikanlah patung-patung raksasa yang menjulang, dan juga mural Ramakien (Ramayana) berhias emas yang terpajang di tembok yang mengelilingi Wat Phra Kaeo. Tunggu sebentar. Ramayana? Lalu… patung dewa-dewa ini… tidakkah lebih Hindu daripada Buddha?
Ya, memang benar. Agama Buddha di Thailand dipengaruhi agama Hindu. Bahkan berdasarkan hasil bincang-bincang saya dengan seorang kenalan yang berasal dari Goa, India, Thailand adalah satu dari hanya dua tempat di dunia ini di mana terdapat kuil yang dikhususkan untuk Brahma, godhead dalam trimukti agama Hindu.
Ngomong-ngomong, perhatikanlah patung-patung yang menghiasi sejumlah bangunan di kompleks Royal Monastery. Bisakah Anda bedakan, yang mana yang demon, yang mana yang monyet? Kalau setelah ke sana Anda belum tahu juga, silakan hubungi kami ya…
Yang juga tidak bisa dilewatkan saat berada di Grand Palace adalah… mencicipi susu segar dan dingin yang dijual tak jauh dari Aula Amarindra Winitchai dan Chakri Maha Prasat (yang bagian bawahnya difungsikan sebagai museum senjata). Apalagi kalau Anda mengunjungi Grand Palace ketika cuaca sedang panas-panasnya—misalnya, saat bulan Juli—susu berbagai rasa dari peternakan kerajaan ini terasa sungguh menyegarkan dan memompa semangat kembali!
Oya, sekeluar dari Grand Palace, jangan keburu membuang tiket Anda, karena masih ada satu tempat lagi yang bisa Anda datangi dengan tiket tersebut, yaitu Vinmanmek Mansion. Jaraknya agak jauh dari Grand Palace, sehingga gunakanlah taksi atau tuktuk menuju tempat tersebut. Hati-hati, taksi yang mangkal di sekeliling Grand Palace biasanya memang mengincar wisatawan dan ogah pasang argo. Atau, mereka mau mengantarkan dengan harga murah asalkan kita mau mereka bawa mampir-mampir dulu ke sejumlah toko atau tempat pembelanjaan. Alasannya, agar mereka mendapat cap dari masing-masing toko untuk mendapatkan bensin gratis. Kalau punya waktu banyak, coba saja ikut mereka ke toko-toko itu, yang terkadang menawarkan barang-barang bagus dengan harga murah. Tidak beli juga tidak apa-apa. Namun bila ingin langsung ke Vinmanmek Mansion, bersikeraslah minta diantar langsung. Mungkin mereka akan minta 100 Baht untuk menuju kompleks tersebut.
Vinmanmek adalah istana dari kayu jati emas bergaya Eropa yang dahulu menjadi tempat tinggal keluarga raja. Bangunan beserta segala perabot dan barang-barang yang tersimpan di dalamnya sungguh indah. Namun untuk memasukinya, peraturan cukup ketat. Yang pertama, Anda harus meninggalkan tas dan kamera di dalam locker berkunci otomatis yang tersedia. Hati-hati, sekali buka pintu locker, biayanya 30 Baht. Saya pernah ketinggalan mengambil sesuatu dari tas, dan harus kembali merogoh 30 Baht dari kocek untuk membuka pintu sekali lagi!
Wisatawan diizinkan keluar-masuk dengan selang waktu tertentu, antara 30-45 menit sekali. Waktu masuk wisatawan berbahasa Thailand dan berbahasa asing juga dipisah, seturut ketersediaan pemandu. Kita harus menunggu dengan sabar sampai pintu dibuka lagi untuk wisatawan—yang harus melewati pemeriksaan sinar X. Sejumlah petugas siap memandu kita dan memberikan berbagai informasi mengenai Vinmanmek Mansion, termasuk sejarah koleksi barang wastu tersebut yang mengundang decak kagum. Bahkan saat cuaca panas mengamuk di luar, bagian dalam wastu dan taman sekelilingnya tetap sejuk.
Bila sempat, kunjungi juga beberapa museum kecil yang masih terletak di kawasan Vinmanmek Mansion.
Berbelanja
Bagi yang hobi berbelanja, memang Bangkok tempat yang pas untuk memuaskan kegemaran Anda itu. Kalaupun Anda hanya berniat mencari oleh-oleh, tidak usah khawatir karena banyak cenderamata unik, murah, dan meriah yang bisa Anda peroleh.
Bila melewatkan akhir minggu di Bangkok, kunjungilah pasar Chatuchak yang hanya buka Sabtu dan Minggu. Cara mudah menuju tempat tersebut adalah naik BTS, turun di stasiun Mo Chit. Setelahnya, tinggal keluar dari stasiun dan berjalan sedikit, dan voila, Anda telah tiba di pasar tradisional yang luas dan berpotensi cukup besar menyesatkan orang ini. Telusurilah lorong demi lorong, menawarlah bila bisa, yang penting… tetap waspada, karena pencopet dan penjambret berkeliaran mengincar para wisatawan yang lengah.
Kalau tidak sempat menyambangi Chatuchak, jangan khawatir. Di pasar malam dan kawasan-kawasan wisatawan seperti Nana Sukhumvit, mudah ditemukan toko atau kios kaki lima yang menjajakan barang-barang yang sama dengan yang dijual di Chatuchak.
Ingin berbelanja ‘gaya modern’? Pusat-pusat perbelanjaan siap menyambut Anda. Yang saya paling doyan kunjungi adalah kawasan Pathumwan Junction (naik BTS bisa turun di Siam Square atau National Stadium). Sejumlah pusat perbelanjaan ternama yaitu MBK, Siam Paragon, dan Discovery Center merubung persimpangan tersebut. MBK terutama sangat popular karena berbagai barang murah berkualitas bagus dan foodcourt yang memikat. Di sini juga ada mushola untuk yang perlu menunaikan salat di tengah-tengah berwisata.
Siam Paragon lebih mewah daripada MBK, dan menjadi favorit saya antara lain karena di sinilah terletak salah satu cabang Kinokuniya Bangkok. Saya juga menyenangi Paragon karena di bawah tanahnya terdapat foodcourt yang menyediakan makanan halal. Terlebih dulu, tukarkan deposit uang (misalnya 200 Baht) dengan kartu magnetik, yang lantas Anda berikan kepada penjaga kedai makanan. Deposit Anda akan dipotong sesuai harga makanan dan minuman yang Anda pesan. Setelah selesai makan, tukarkan kembali kartu untuk memperoleh sisa uang.
Daya tarik lain Paragon adalah hypermarket Gourmet Market (tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari ataupun oleh-oleh seperti cokelat) beserta kios-kios makanannya yang menggugah selera. Ada pula Siam Ocean World yang memungkinkan kita seolah memasuki laut untuk melihat-lihat kehidupan di dalamnya.
Kalau soal makanan, jika Anda lapar saat sedang berjalan-jalan namun tidak ingin makanan berat, cobalah kunjungi kedai-kedai makanan di stasiun-stasiun BTS. Macam-macam yang mereka tawarkan, mulai dari kue-kue manis sampai sushi siap makan. Pokoknya, asal jangan disantap di dalam kereta.
Untuk yang ogah barang palsu atau KW2, produk bermerk asli Thailand yang saya rekomendasikan adalah Jim Thompson (kain, tas, dompet, dan lain-lain) serta arloji Link Graphix, yang menampilkan karya para desainer muda Thailand.
Menonton bioskop
Menonton bioskop? Hmmm… apa istimewanya? Ada sensasi tersendiri, lho. Yang pernah saya coba adalah menonton di bioskop Paragon Cineplex. Ukuran bioskopnya besar sekali. Dan yang unik, sebelum pemutaran setiap film, terlebih dahulu diputar video yang berisikan kegiatan sang raja, diiringi lagu yang menyanjung-nyanjung beliau. Selama video diputar, semua pengunjung, termasuk orang asing, harus berdiri sebagai tanda penghormatan. Pengalaman ini cukup meninggalkan kesan bagi saya, yang berasal dari negeri yang tidak mengenal tata cara semacam ini.
Menonton pertunjukan malam
Nama Bangkok memang juga lekat dengan hiburan malam. Sebagian orang mungkin akan langsung terkikik geli mengingat hiburan ‘nakal’ yang marak di sejumlah kawasan Bangkok, misalnya Patpong. Namun jangan keburu menganggap hiburan malam Bangkok negatif semuanya, meski dibawakan oleh para waria yang sering dicap buruk di Indonesia. Jangan salah, di Thailand, waria bisa memperoleh pekerjaan biasa seperti orang-orang lainnya, misalnya menjadi penjaga toko, tidak melulu sebagai penghibur jalanan atau tukang salon seperti yang menjadi stereotipe di Indonesia. Dan kabaret waria adalah pertunjukan terhormat yang disiapkan dan diselenggarakan dengan serius, meski isinya bisa jadi mengocok perut Anda habis-habisan.
Teater kabaret waria yang terkenal di Bangkok adalah Calypso, yang menggelar pertunjukan setiap malam di Hotel Asia (naik BTS, turun di stasiun Ratchatewi, ada pintu keluar langsung ke dalam hotel tersebut). Cobalah minta hotel memesankan tiket untuk Anda, atau coba pesan online di ThaiTicketMajor. Tanpa makan malam, harga 1 tiket adalah 900 Baht termasuk first drink (ada teh atau kopi juga). Tersedia pula merchandise Calypso yang bisa dibawa pulang sebagai buah tangan, misalnya DVD pertunjukan mereka.
Seusai pertunjukan, para pemeran kabaret akan berjejer rapi mengapit jalan menuju pintu keluar. Anda boleh berfoto dengan mereka, namun jangan lupa selipkan sedikit uang tip ke tangan para artis. Mereka ramah-ramah dan baik-baik, kok. Tidak perlu merasa seram hanya karena mereka ‘waria’. Ups, sebagian di antara mereka bahkan lebih cantik dari perempuan asli, lho!
Yang juga boleh dicoba adalah menonton pertunjukan Siam Niramit yang gegap-gempita.
Bersantailah
Jangan terlalu terburu-buru menyusuri Bangkok gara-gara bernafsu mengunjungi tempat sebanyak-banyaknya. Temukan tempat yang nyaman, dan bersantailah sejenak, menikmati irama kota ini. Saya punya dua tempat favorit untuk beristirahat sambil mencicipi minuman dan penganan di Bangkok. Yang pertama adalah cabang Au Bon Pain di persimpangan dekat Grand Palace. Setelah berterik-terik menjelajahi Grand Palace, selalu menyenangkan rasanya memasuki gedung kecil berarsitektur Eropa ini dan memesan minuman dingin.
Tempat kedua favorit saya adalah cabang Subway merangkap Coffee World di dekat stasiun BTS Nana. Meskipun meja dan kursinya bergaya restoran cepat saji yang tidak terlalu menghiraukan kenyamanan jangka panjang pengunjung, restoran yang buka 24 jam ini cukup menyenangkan untuk dijadikan tempat nongkrong.
Kunjungi beraneka ragam wat
Saat berlayar di Chao Phraya, sempatkan meninjau Wat Arun alias ‘Kuil Fajar’, tempat Buddha Jamrud dahulu disimpan sebelum dipindahkan ke Wat Phra Kaeo di Grand Palace. Dengan kapal, turunlah di Maharaj Pier, lalu ambil feri menyeberang sungai (tidak ada dermaga khusus feri turis di depan Wat Arun). Bila Anda tidak gampang gamang, cobalah mendaki tangga yang curam sampai ke puncaknya.
Di dekat kompleks Grand Palace, juga ada Wat Po yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Di sinilah terdapat patung raksasa Buddha tidur, dan juga patung prajurit farang (orang asing) yang terlihat unik dengan penutup kepala mereka yang bergaya Barat.
Selain wat-wat yang popular tersebut, banyak pula wat lain bertebaran di seantero Bangkok. Sebagian di antaranya tidak banyak dikenal wisatawan sehingga sepi pengunjung – yang justru membuat kita lebih bisa meresapi kekhidmatan tempat-tempat suci tersebut. Kami pernah beruntung memperoleh seorang supir tuktuk yang mengantarkan kami ke beberapa wat yang jarang dikunjungi turis. Ia membawa kami ke Wat Ratchanatdaram Worawihan dan Wat Srakes Rajavaramahavihara.
Sampai-sampai biarawan di Wat Srakes Rajavaramahavihara bertanya kepada kami, “Dari mana tahu tempat kami ini ?” Kami pun dipersilakan duduk agak lama di aula utama, di mana terpajang arca Buddha raksasa yang berwarna emas. Orang yang memberi kami petunjuk menuju wat ini menyebutnya ‘Happy Buddha’. Konon arca Buddha yang satu ini mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungan bagi yang mengunjunginya.
Tak hanya wat-wat ‘tersembunyi’, masih banyak tempat yang bisa Anda kunjungi dan kegiatan yang bisa Anda lakukan selama di Bangkok. Ini hanyalah beberapa sumbangan gagasan kami saja. Jangan segan berbagi pengalaman Anda di Bangkok dengan kami, ya!